PENERBIT PELAYANAN SEBUTIR GANDUM
Oleh David W. Dyer
Diterjemahkan oleh Ester M. Aryani
KATA PENGANTAR
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan [...]". Di sini kita belajar bahwa untuk mulai memiliki "pengetahuan", yang harus mencakup pengetahuan tentang Pribadi Tuhan, kita harus memiliki sesuatu yang penting yang disebut rasa "takut akan Tuhan".
Lalu, apakah rasa takut ini? Takut di sini adalah penghormatan yang penuh rasa takjub kepada Tuhan. Kesadaran akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas akan kesucian dan kekudusan-Nya yang memberikan standar yang harus kita ikuti dalam hidup (1Ptr. 1:16). Juga adalah suatu kesadaran dalam batin bahwa suatu hari nanti kita akan dihakimi oleh-Nya atas semua tindakan, perkataan, dan bahkan pemikiran kita. Jika dipahami dengan benar, hal ini akan membuat kita gemetar di hadapan hadirat-Nya yang Maha Kuasa, suatu perasaan yang mendorong kita mencari Dia untuk menyucikan hidup kita sehingga kita siap saat Dia datang.
Namun, banyak gereja saat ini tampaknya kekurangan rasa takut ini. Orang-orang yang "gentar di hadapan [firman-Nya]" (Yes. 66:5) tampaknya berada dalam golongan minoritas. Takut akan Tuhan, yang seharusnya menjadi dasar dari segala sesuatu, dianggap seolah-olah suatu hal yang sudah ketinggalan zaman atau hanya untuk orang Kristen yang sangat serius, kaku, dan legalistik.
Akibat dari kurangnya rasa takut akan Tuhan ini adalah banyak orang percaya terlibat dalam dosa. Hidup mereka tidak murni dan kudus. Mereka tidak mencerminkan karakter Kristus dalam hidup sehari-hari mereka. Banyak yang melakukan dosa seksual, kecanduan obat atau obat-obatan terlarang, tidak jujur, marah, mudah tersinggung, tidak menepati janji, dan hanya memikirkan diri sendiri. Ada yang melakukan aborsi secara diam-diam, menghabiskan waktu berjam-jam menyerap pornografi secara daring, membenci orang percaya lainnya, tidak memaafkan orang yang menyinggung mereka, namun tetap mengaku bahwa mereka telah bertobat kepada Kristus.
Bagaimana mungkin gereja yang ingin Yesus tempatkan di hadapan diri-Nya sendiri tanpa cacat atau kerut (Ef. 5:27) tampak meluap dengan ketidakkudusan, kejahatan, dan dosa sedemikian rupa? Bagaimana mungkin orangorang yang "menyebut nama Tuhan", tetapi tidak meninggalkan kejahatan (2Tim. 2:19)? Mereka bukan saja tidak meninggalkan dosa mereka, tetapi tampaknya banyak yang membenarkan perilaku yang tidak senonoh bahkan dari atas mimbar.
Namun, masih ada harapan. Orang-orang percaya hari ini perlu berdoa dan bersegera mencari Tuhan, agar oleh belas kasihan-Nya kita umat-Nya dapat mengenal rasa takut akan Tuhan. Kita membaca: "[...] karena takut akan Tuhan orang menjauhi kejahatan" (Ams. 16:6). Dengan anugerah Allah, bila kita dapat merasakan rasa takut yang kudus ini, hidup kita akan mengalami perubahan. Rasa takut tersebut akan menggerakkan kita untuk mencari wajah-Nya, berseru memohon keselamatan-Nya, dan memohon penyucian atas seluruh keberadaan kita.
Bagaimana kita dapat memiliki rasa takut akan Tuhan yang lebih dalam? Itu tercapai dengan melihat Dia, memahami lebih dalam siapa Dia, dan menyaksikan sekilas kuasa serta kemuliaan-Nya. Rasa takut ini tumbuh melalui pemahaman yang benar akan firman-Nya, penerimaan wahyu yang lebih dalam tentang tujuan-Nya, serta pengenalan yang lebih sempurna akan kehendak-Nya bagi umat-Nya.
Buku kecil ini adalah upaya untuk menjawab kebutuhan tersebut, berupa tulisan singkat tentang hal-hal mendasar dari Injil yang, menurut pemahaman penulis, telah banyak terlupakan.
Penulis berdoa agar Tuhan memakai karya ini untuk berbicara dalam hidup para pembacanya, menarik mereka semakin dekat dalam hubungan intim dengan-Nya, dan mentransformasi hidup mereka.
DWD
Akhir pengantar
Baca bab-bab lain secara online:
We are always looking to offer books in more languages.