PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”
Oleh David W. Dyer
Diterjemahkan oleh L. Yunnita
Beberapa orang memulai perjalanan kekristenan mereka dengan sebuah proses perubahan yang menyangkut pemeriksaan hati yang mendalam dan tersingkapnya dosa secara mencolok. Sejak awal pengalaman mereka dengan Yesus, mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Dosa mereka telah disingkapkan dan mereka siap serta bersedia mengalami baik kematian maupun kebangkitan Kristus.
Orang-orang percaya ini telah masuk secara mendalam ke dalam hadirat Allah yang kudus dan di sana mereka telah melihat diri mereka sendiri dalam terang-Nya. Penyingkapan akan "diri" dan dosa mereka menghasilkan pertobatan yang sungguh-sungguh, yang memungkinkan Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam mereka dengan cepat dan tanpa banyak perlawanan. Orang-orang seperti itu mengalami kemajuan yang pesat dalam perjalanan rohani.
Hampir semua kebangunan rohani yang dahsyat di sepanjang sejarah gereja telah disertai dengan kesadaran yang luar biasa akan dosa. Pertobatan dengan pemeriksaan hati secara mendalam adalah hasilnya. "Lawatan-lawatan" Allah ini telah membawa terang yang bercahaya yang menyadarkan manusia baik atas dosa-dosa mereka maupun atas dosa itu sendiri, yaitu kesalahan dari tindakan dan perkataan mereka dan juga atas sifat alami daging mereka yang menghasilkan dosa-dosa tersebut.
Mereka yang bertobat selama lawatan Allah ini hampir selalu menjadi orang-orang yang takut akan Allah, orang-orang kudus yang kesaksian mereka tetap kuat hingga kematian fisik mereka.
Hal ini karena karya Allah yang mengubahkan, yaitu pertukaran hidup-Nya dengan hidup mereka sangat dipermudah oleh pertobatan dengan pemeriksaan hati secara mendalam.
Namun, banyak atau sebagian besar orang percaya saat ini tidak dibawa kepada Kristus dengan cara seperti ini. Mereka tidak datang kepada-Nya karena banyaknya dosa, maupun kesadaran kalau ada dosa. Sebaliknya, mereka didorong kepada Yesus untuk berkat datan berkat-Nya.
Mungki mereka mencari kesembuhan, berkat, solusi untuk masalah pribadi, kemakmuran finansial, atau hal-hal lainnya. Alihalih mencari kebebasan dari diri mereka yang berdosa, banyak malah mencari pertolongan supaya bisa terus hidup seperti sebelumnya, hanya saja tanpa begitu banyak masalah.
Orang-orang percaya semacam itu akan membuat sangat sedikit kemajuan rohani yang nyata.
Sebagai catatan di sini, saya ingin menyatakan dengan sangat jelas bahwa sebagian besar pengalaman "kebangunan rohani" yang disebutsebut di zaman modern kita sangat sedikit dapat membantu proses transformasi. Jadi, terjatuh, menggonggong seperti anjing, bergetar, tertawa, atau fenomena lainnya, tidak mengubah siapa pun.
Mereka tidak disadarkan atas dosa dan, oleh karena itu, tidak menghasilkan pertobatan. Akibatnya, pada dasarnya, mereka membuangbuang waktu.
Lebih buruk lagi, sering kali pengalaman mereka hanyalah suatu ilusi semata, yaitu pengalaman emosional yang banyak orang menyalahartikan sebagai sesuatu yang rohani. Pengalaman-pengalaman tersebut bukanlah pekerjaan dari Allah Roh Kudus.
Seperti yang kita lihat di awal bab ini, untuk bertahan hidup pada saat kedatangan kembali Yesus Kristus dalam kuasa dan kemuliaan-Nya, kita harus diubahkan menjadi serupa seperti Dia. Kita perlu diubahkan dari diri kita yang sekarang menjadi seperti Dia. Kita harus menukar hidup kita dengan hidup-Nya.
Kunci yang membuka jalan menuju pengalaman yang sangat penting ini adalah pertobatan. Kita harus menyadari siapa diri kita dan bertobat, berseru untuk dibebaskan dari diri kita sendiri. Kita harus bersedia mati agar diri kita yang berdosa tidak hidup lagi dan dengan demikian hidup Yesus dapat memenuhi seluruh keberadaan kita.
Pertobatan berhubungan langsung dengan perubahan hidup kita. Dengan kata lain, sedikit pertobatan menghasilkan sedikit perubahan; lebih banyak pertobatan membawa lebih banyak perubahan; sedangkan pertobatan yang mendalam dan menyeluruh akan menghasilkan perubahan tanpa batas, hingga kita semakin serupa dengan gambaran Kristus.
Kita seharusnya tidak pernah membayangkan bahwa mengakui dan bertobat atas dosa kita adalah hal negatif. Sebaliknya, itu adalah tindakan yang membuka pandangan yang luas dari berkat rohani baru dalam Yesus Kristus.
BAGAIMANA JIKA KITA TIDAK MEMULAINYA DENGAN BAIK?
Meskipun awal perjalanan hidup kita sebagai orang Kristen tidak dimulai dengan benar, yaitu kita tidak benar-benar disadarkan atas dosa dan, oleh karena itu, memiliki pertobatan yang sangat dangkal dan tidak memadai, masih ada harapan. Masih belum terlambat. Hari ini kita dapat mencari pertolongan Allah agar kita dapat memiliki pertobatan yang penuh.
Sesungguhnya, hanya Dialah yang memungkinkan kita untuk bertobat . Dengan mengingat kembali ayat di mana kita memulai buku ini, kita melihat bahwa Allah "mengaruniakan" pertobatan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang menuju hidup yang ZOÊ. Mereka tidak memperoleh hal ini dengan usaha mereka sendiri, Dialah yang mengaturnya untuk mereka. Mereka yang berada dalam kegelapan tidak dan, pada kenyataannya, tidak dapat melihat kondisi mereka yang sebenarnya. Hanya oleh belas kasihan Allah saja saat Dia menyinari kita, kita dapat melihat betapa jatuhnya kita dan betapa kita sangat membutuhkan keselamatan. Saat kita mulai melihat kekudusan-Nya yang luar biasa, kita memahami betapa kotor dosa kita.
Pertobatan yang sejati bukan sesuatu yang bisa kita hasilkan sendiri. Ini bukanlah tindakan menyelidiki masa lalu atau masa kini dan berusaha menimbulkan semacam kesedihan. Tidak ada nilai di dalam usaha sendiri, mencoba merasa bersalah, atau berusaha mengingat setiap dosa kecil yang mungkin telah kita lakukan.
Pertobatan yang sejati membutuhkan terang Allah untuk bekerja. Hanya kehadiran-Nya yang dapat menghasilkannya. Meskipun kita dengan mudahnya dapat menolak pekerjaan-Nya dalam menyadarkan kita akan dosa, kita tidak dapat menghasilkannya sendiri. Kebutuhan terbesar kita adalah mencari hadirat-Nya. Dari Dialah terang yang diperlukan akan datang. Sementara kita berjalan dalam keakraban dengan Dia, kita akan semakin melihat dosa dalam diri kita. Lalu kita akan memiliki hak istimewa yang luar biasa untuk bertobat dan dibersihkan oleh-Nya.
Meskipun kita memulai dengan buruk dalam perjalanan rohani kita, bahkan jika kita tidak pernah benar-benar bertobat, hari ini Allah dapat membimbing kita menuju berkat yang mulia ini. Dia masih dapat menyinari kita dengan terang-Nya. Jika kita benar-benar lapar dan haus akan kebenaran-Nya, Dia akan memastikan bahwa kita dipuaskan (Mat. 5:6).
Kita harus selalu mencari wajah Yesus. Dalam terang-Nya, kita dapat melihat diri kita dan bertobat. Pertobatan ini membuka jalan bagi kematian dan hidup-Nya untuk diterapkan pada kita. Penerapan penyaliban dan kebangkitan ini menghasilkan sesuatu yang disebut "transformasi", yang merupakan perubahan abadi yang dikerjakan oleh Allah atas jiwa kita. Ini berarti diubah menjadi serupa dengan Dia.
Kita membaca: "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (2Kor. 3:18).
Ketika kita melihat kemuliaan-Nya, kita disingkapkan dan diubahkan. Di dalam cahaya wajah-Nya kita melihat diri kita dibandingkan dengan desain-Nya yang mulia. Pertobatan kita kemudian membuka pintu bagi hidup-Nya untuk mengisi apa yang dulu kita miliki.
ILUSTRASI
Saya ingin berbagi cerita kecil yang mungkin membantu mengilustrasikan poin ini. Bertahun-tahun yang lalu, saya dan istri saya berada di Florida Keys. Suatu hari Minggu, kami pergi mengunjungi sebuah pertemuan gereja.
Saya terkejut menemukan bahwa saya adalah satu-satunya pria di sana. Sisanya adalah wanita dan anak-anak. Ketika pendeta mulai berkhotbah, saya mulai memahami alasannya. Saudara terkasih yang berkhotbah itu menyampaikan penghukuman dan legalisme yang hampir dapat dirasakan. Tidak perlu dikatakan bahwa kami tidak kembali untuk mendengar khotbah serupa. Satu pertemuan semacam itu sudah lebih dari cukup.
Beberapa tahun kemudian kami kembali di daerah yang sama dan kami bertemu dengan seorang wanita dari gereja itu di tempat parkir. Dia mulai mendesak kami untuk datang ke pertemuan. Saya diam-diam berpikir, "Itu adalah hal terakhir yang bisa saya bayangkan untuk dilakukan." Namun, dia tetap bersikeras. Dia mengatakan bahwa pendeta telah berubah. Dia telah memiliki pengalaman dengan Allah yang membuatnya berbeda.
Saya harus mengakui bahwa saya pergi ke pertemuan itu lagi dengan rasa enggan. Namun, ketika pendeta berbicara, jelas ada yang berubah. Kini ia dipenuhi dengan kasih Allah. Ia melayani dengan kuasa Roh Kudus. Ada sesuatu yang signifikan terjadi pada saudara ini. Dalam rasa keingintahuan saya, mengenai apa yang telah terjadi, saya mengatur waktu untuk bertemu dengannya dan bertanya tentang pengalamannya.
Yang ia ceritakan kepadaku adalah, ia telah berpuasa dan berdoa untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam bersama Tuhan. Suatu pagi, ia bangun sekitar pukul enam dan berdiri di samping tempat tidurnya. Di situ ia menjadi terpaku oleh hadirat Allah. Satu-satunya cara ia bisa menggambarkan pengalaman itu adalah dengan mengatakan bahwa ia berhadapan langsung dengan Roh Kebenaran – Kebenaran yang murni, tulus, dan menghanguskan.
Pengalamannya seolah-olah Roh itu masuk ke dalam dirinya, mengaduk-aduk, membongkar, dan mengungkap banyak hal. Hal-hal tersebut adalah sikap, pemikiran, kata-kata, dan tindakan. Ia menjadi sangat disadarkan akan dosanya. Kebenaran itu bersinar terang ke dalam dirinya. Kemudian di situ ia dibawa ke pertobatan yang mendalam.
Ketika pengalaman ini berakhir, ia kembali melihat jamnya. Dia telah berdiri di samping tempat tidurnya selama sekitar setengah jam. Namun tiga puluh menit ini telah membuatnya menjadi seorang pria yang berubah. Waktunya dalam hadirat Allah telah menyadarkan dan mengubahnya. Kini hidupnya jauh lebih penuh dengan kasih dan hidup Yesus. Betapa banyak kita semua membutuhkan lebih banyak pengalaman seperti itu!
PERTOBATAN ADALAH PENGALAMAN YANG BERKELANJUTAN
Pertobatan bukanlah pengalaman sekali dan selesai. Bukanlah sesuatu yang kita lakukan di awal perjalanan kekristenan kita, dan kemudian tidak pernah harus dilakukan lagi.
Seharusnya itu menjadi proses berkelanjutan dalam hidup setiap orang percaya.
Mengapa demikian? Karena semakin dekat kita dengan Yesus, semakin banyak terang yang patut kita lihat. Dia adalah terang dunia ini (Yoh. 9:5). Kehadiran-Nya dicatat karena intensitas cahayanya. Oleh karena itu, jika kita benar-benar semakin dekat dengan Dia, kita seharusnya melihat diri kita kian bertambah jelas. Cahaya-Nya tentu semakin terang.
Sebenarnya, ini bisa dianggap sebagai ujian kesungguhan perjalanan kita bersama Yesus. Apakah kita benar-benar melihat lebih banyak dosa? Apakah sifat dosa kita terbongkar dengan cara yang semakin meluas? Apakah ada pertobatan yang semakin mendalam dalam hidup kita?
Jika tidak, maka ada sesuatu yang salah. Entah bagaimana, di suatu tempat, kita telah terhenti dalam pengalaman kekristenan kita. Kita tidak semakin dekat dengan Allah. Sesungguhnya, jika pertobatan kita mengalami peningkatan, maka kita memiliki kepercayaan diri bahwa hubungan kita dengan Pencipta kita menjadi sangat lebih intim.
KESADARAN DAN PENGHUKUMAN
Tentu saja ada perbedaan antara kesadaran akan dosa dan penghukuman. Banyak orang percaya menderita karena banyaknya penghukuman, namun sangat sedikit yang insaf. Penghukuman bisa datang dari beberapa sumber. Tidak diragukan lagi setan dan bala tentaranya bekerja dalam pikiran kita untuk menghukum kita. Banyak juga yang membuang banyak waktu untuk menghukum diri sendiri. Orang lain, kadang-kadang teman dan kerabat atau bahkan saudara-saudara Kristen, juga mungkin membantu menghukum kita atau membuat kita merasa dihukum.
Namun, kesadaran yang benar akan dosa datang dari Roh Allah. Bagian besar dari misiNya adalah untuk "[...] menginsafkan dunia akan dosa [...]" (Yoh. 16:8). Jadi hari ini, Dia bekerja untuk menyingkapkan dosa kita dan membantu kita bertobat.
Ketika Allah menginsafkan kita, tidak ada yang umum atau samar tentang itu. Dia selalu menyadarkan kita tentang sesuatu yang spesifik dan konkret. Terang-Nya mengungkapkan sesuatu yang benar-benar terjadi di masa lalu atau yang saat ini ada dalam hidup kita. Ini bukan suatu perasaan bersalah yang tidak jelas. Terang Allah selalu datang menerobos sangat jelas.
Tidaklah mungkin sepenuhnya mendefinisikan perbedaan antara kesadaran akan dosa yang berasal dari Allah dan penghukuman dari sumber lain. Pada akhirnya, ini membutuhkan pemahaman rohani. Kita harus belajar mengenal suara Gembala kita dan mengikuti Dia (Yoh. 10:27).
Kita perlu mengembangkan keintiman dengan Pencipta kita yang memungkinkan kita untuk membedakan mana yang berasal dari Dia dan mana yang tidak. Tidak ada pengganti untuk keintiman dan pemahaman ini. Meskipun tidak seorang pun seharusnya menghabiskan hidup mereka di bawah penghukuman dari sumber selain Allah, ada juga bahaya lain. Terlalu banyak orang percaya yang menyebut kesadaran akan dosa dari Roh Kudus sebagai "penghukuman". Allah mencoba menginsafkan mereka atas dosa, tetapi mereka menolak pekerjaan Roh Kudus ini dengan menyebutnya penghukuman. Ini adalah penyakit umum, tetapi berbahaya secara rohani.
Ketika kita menolak pekerjaan dari Roh, dan menyebutnya sebagai "penghukuman dari setan", kita menentang pekerjaan Allah dalam hidup kita. Kita menghalangi hal-hal indah yang Dia ingin lakukan dalam diri kita. Proses transformasi terhenti. Karena Tuhan menghormati kehendak kita, ketika kita menentang pekerjaan-Nya untuk menyadarkan kita akan dosa dan kemudian mengubah kita, maka pekerjaan-Nya akan otomatis berhenti.
Oleh karena itu, kita harus sangat berhatihati untuk tidak salah dalam hal ini, dengan cepat dan mudah menolak sesuatu yang mungkin berasal dari Allah. Berjalan dalam takut akan Tuhan, kita harus mempertimbangkan dengan penuh doa di hadapan-Nya pemikiran-pemikiran yang mungkin benar-benar menyadarkan kita akan dosa.
Saya menyadari bahwa banyak orang hari ini menderita di bawah banyak "penghukuman". Namun, salah satu penyebabnya mungkin sebenarnya adalah kurangnya pertobatan. Contohnya, ketika kita telah bertobat dari suatu dosa tertentu, maka kita dapat memiliki keyakinan mutlak bahwa itu telah diampuni. Sekali kita mengakui kesalahan kita di hadapan Allah dan mengakui keseriusan kesalahan itu, maka kesalahan itu dihapus dari kita "sejauh timur dari barat" (Mzm. 103:12). Kesalahan itu hilang. Allah tidak mengingatnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan pikiran tentang itu menyiksa kita.
Semakin kita memberi ruang bagi Roh Kudus untuk menyadarkan kita secara mendalam akan dosa dan mendorong kita bertobat, semakin sedikit alasan bagi iblis atau orang lain untuk menghukum kita. Setelah kita mengakui dan meninggalkan dosa tertentu, kita seharusnya tidak membiarkan pikiran kita terus-menerus terpaku pada hal itu.
Kita tidak perlu terus-menerus mengakui dosa yang sama berulang-ulang. Jika kita mendapati diri kita selalu merasa sedih atas dosa-dosa yang sudah kita akui dan bertobat darinya, ini adalah tanda pasti bahwa penghukuman sedang bekerja.
Banyak orang percaya yang berada di bawah perasaan bersalah yang luar biasa. Namun, dalam pengalaman saya, banyak kasus seperti itu adalah hasil dari pertobatan yang tidak sungguh-sungguh.
Sering kali ada banyak hal dari masa lalu orang-orang percaya ini yang belum dibawa ke dalam terang. Ada hal-hal yang mereka coba lupakan dan tinggalkan tanpa membawanya kepada Allah dalam pengakuan dan pertobatan. Karena itu, hati nurani mereka terus-menerus menghukum mereka. Mereka tidak sungguh-sungguh berdamai dengan Allah. Hal ini menyebabkan mereka secara umum merasa bersalah tentang
hal-hal kecil di masa sekarang karena mereka tidak pernah benar-benar menyelesaikan hal-hal lain, yang mungkin jauh lebih serius, di masa lalu.
Terlalu banyak orang percaya yang mencoba melangkah maju dalam kehidupan Kristen tanpa membereskan masa lalu. Mereka berjuang untuk terus maju sambil membawa beban dosadosa yang sangat besar yang belum mereka sesali.
Akibatnya, mereka tidak maju ke manamana. terhambat, dan mereka tampak tidak pernah bertumbuh secara rohani. Karena hati nurani yang lemah, orang-orang percaya seperti ini juga rentan terhadap pengaruh roh-roh jahat, terutama di bidang penghukuman.
Dosa-dosa di masa lalu ini bisa berupa: dosa seksual, pembunuhan, aborsi, kebohongan, tipu daya, pelacuran, kebencian, tidak mau mengampuni, penggunaan obat-obatan terlarang, pencurian, dan kata-kata atau tindakan yang tidak baik, bahkan banyak dosa lainnya. Tidak peduli dosa apa yang telah kita lakukan, mengakuinya di hadapan Tuhan merupakan suatu kelegaan yang besar. Beban berat akan terangkat dari bahu kita.
Mengaku dosa mungkin memalukan dan merendahkan diri sendiri. Bahkan mungkin berarti harus masuk penjara karena sesuatu yang telah kita lakukan. Namun, hal itu akan menghasilkan sukacita yang besar. Itu akan mengalirkan lebih banyak dari keselamatan Tuhan. Hal ini juga akan membuka jalan untuk kemajuan rohani yang sangat kita butuhkan.
Selama kita menolak untuk disadarkan oleh Roh Kudus dan menolak untuk mengaku dan bertobat, kita tetap berada dalam penjara kecil pribadi kita sendiri dari penghukuman dan kekalahan. Hati nurani kita yang bermasalah tidak akan membiarkan kita berada dalam hadirat Tuhan untuk waktu yang lama. Namun, begitu kita bertobat, betapa besarnya kelepasan dan kebebasan yang akan kita nikmati! Betapa besar sukacita dan transformasi yang akan kita dapatkan dari hadirat Juruselamat kita!
Yang sering menghambat pertobatan kita adalah kesombongan. Kesombongan kita tidak menginginkan siapapun tahu betapa jeleknya kita sebenarnya. Jika orang lain tahu apa yang kita lakukan atau pikirkan, kita akan merasa malu. Jadi, kesombongan bekerja untuk membuat kita terikat dalam dosa dan menjauh dari keselamatan yang ada dalam Kristus Yesus.
Selama dosa kita tetap tidak kita akui dan sesali, itu menghambat hubungan kita dengan Yesus. Dan membatasi akses kita kepada kekudusan-Nya yang kuat. Ketika kita mencoba mendekati-Nya, dengan masih membawa dosa kita, kita mungkin berhasil menyentuh "ujung jubah-Nya" sesekali, tapi kita tidak akan bisa tinggal dalam hadirat-Nya.
Kita mungkin bisa "merasakan" berkat-Nya dari waktu ke waktu, misalnya selama waktu penyembahan, tetapi kita tidak akan merasa nyaman di sekitar kekudusan-Nya yang ekstrem untuk jangka waktu yang lama.
Ini karena dalam hadirat Yesus, hati nurani kita tersentuh. Seperti yang telah kita sebutkan di awal bab ini, siapa Dia pasti akan mempengaruhi diri kita. Jadi, satu-satunya cara untuk tetap berada dalam hadirat Allah dan berjalan terus-menerus di dalam-Nya adalah dengan memiliki hati yang benar-benar bertobat.
Kita harus merespons dan bertobat atas segala sesuatu yang disingkapkan oleh terang-Nya. Untuk tetap dalam keintiman dengan Allah, kita harus merespons apa yang Roh Kudus sentuh di dalam diri kita.
Kita harus sangat berhati-hati untuk tidak menolak pekerjaan Allah ketika kita merasa bahwa kita sedang disadarkan dari dosa. Sangatlah umum, ketika kita mulai melihat kesalahan dan kekeliruan kita, untuk segera mencari alasan sebagai pembenaran. Ini adalah kecenderungan pada manusia alami untuk mencoba keluar dari perasaan bersalah yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa malu.
Akibatnya, banyak orang, ketika mereka mulai merasakan kesadaran akan suatu dosa tertentu, berusaha mencari alasan untuk membenarkan diri dan meyakinkan bahwa mereka tidak bersalah. Mungkin mereka mencoba berpikir bahwa sebenarnya orang lain yang menyebabkan masalah, mungkin lingkungan atau pola asuh yang memberikan dampak negatif kepada mereka, atau bahkan bahwa semua orang lain juga sama dan sehingga sebenarnya mereka baik-baik saja. Dengan menggunakan setiap alasan yang mungkin, mereka mencoba membebaskan diri dari rasa bersalah atau penghukuman.
Saudara-saudari terkasih, kita harus sangat berhati-hati agar tidak mengambil jenis sikap seperti ini. Mungkin kita bisa meyakinkan diri kita sendiri tentang ketidakbersalahan kita. Mungkin, kita bisa berdebat sedemikian rupa sehingga kita meyakinkan orang lain tentang ketidakbersalahan kita. Mungkin, dengan menggunakan pemikiran yang sangat cerdik, kita bisa meyakinkan diri kita sendiri bahwa perilaku kita hanya normal dan dapat diterima.
Namun, bagaimana dengan Allah? Apakah Dia benar-benar berpikir bahwa kita tidak bersalah? Apakah mungkin alasan dan argumen kita telah meyakinkan Dia?
Ketika kita membenarkan diri kita sendiri dalam pikiran kita dan di depan orang lain, kita mengambil risiko tidak mengalami pembenaran sejati yang berasal dari Allah. Kita berada dalam bahaya oleh karena menolak kesadaran sejati akan dosa dan kemudian, sebagai akibatnya, pertobatan sejati yang membawa transformasi mulia dalam jiwa kita.
Ketika kita berperilaku seperti ini, kita kehilangan berkat yang Tuhan siapkan bagi kita dan kita menghalangi pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Kurangnya pertobatan kita menghambat kemajuan rohani kita.
Kecenderungan alami manusia adalah untuk menghindari disadarkan akan dosanya. Reaksi pertama dari jiwa yang berdosa, seperti terlihat dalam kasus Adam dan Hawa, adalah mencoba menutupi hasil dari dosanya. Kedua orang ini menjahit pakaian yang rapuh dari daun ara untuk menyembunyikan ketelanjangan dan rasa malu mereka.
Saat mereka mendengar Allah mendekat, mereka menyembunyikan diri. Alih-alih mengakui dengan jujur apa yang telah mereka lakukan, mereka mencoba menyembunyikannya dari diri mereka sendiri dan dari Allah.
Ketika akhirnya mereka tidak punya tempat untuk bersembunyi dan dihadapkan Allah dengan kesalahan mereka, mereka langsung mulai menyalahkan orang lain atas apa yang telah mereka lakukan. Adam menyalahkan Hawa. Hawa, pada gilirannya kemudian menyalahkan ular. Ini juga adalah reaksi wajar dari jiwa yang jatuh: menyalahkan orang lain daripada mengakui kesalahan kita sendiri dalam situasi apa pun.
Namun, apa yang kita semua butuhkan bukanlah untuk membenarkan diri kita sendiri dalam pikiran kita atau menyalahkan orang lain. Kebebasan sejati terletak dalam mengakui dosa kita di hadapan Allah. Pembebasan kita dari apa yang telah kita lakukan, dan terutama dari diri kita sendiri, ada dalam pengakuan dan pertobatan kita. Dengan cara membiarkan terang Allah bersinar atas kita dan menyetujui segala sesuatu yang telah disingkapkan. Ketika kita benar-benar bertobat, secara penuh dan menyeluruh, saat itu, dan hanya pada saat itu, kita berada dalam posisi untuk menerima karya keselamatan yang indah untuk transformasi dalam jiwa kita.
Hasil dari pertobatan seperti itu adalah persekutuan yang semakin intim dengan Allah. Ketika hati nurani kita dibersihkan oleh pertobatan kita dan pengampunan-Nya, pandangan baru persekutuan dengan Yang Maha Kuasa terbuka. Dengan cara ini, kita akan menemukan kenikmatan rohani baru dan menjadi jauh lebih berbuah dalam pekerjaan kita untuk-Nya.
Sahabat-sahabat terkasih, tolong jangan menolak pekerjaan Roh Kudus ketika Dia menyadarkan Anda karena dosa. Demi kebaikan Anda sendiri, jangan mencoba untuk melarikan diri atau bersembunyi. Akuilah di hadapan-Nya segala sesuatu yang telah Anda katakan, lakukan, dan pikirkan. Akuilah diri Anda apa adanya – kecenderungan alami daging dan duniawi Anda. Dengan cara ini, Anda dapat diampuni dan dibersihkan.
Dengan mengikuti jalan ini, hidup Anda akan digantikan dengan hidup-Nya dan mulai dari hari ini dan seterusnya Anda akan berjalan dalam "[...] hidup [Bapa] yang baru." (Rm. 6:4).
Akhir bab 2
Baca bab-bab lain secara online:
We are always looking to offer books in more languages.