A Grain Of Wheat Ministries

Membaca Online
Pertobatan Menuju Hidup

PENGHAKIMAN YANG AKAN DATANG

Bab 4

Pertobatan Menuju Hidup, buku oleh David W. Dyer

PUBLIKASI MINISTRIES “A GRAIN OF WHEAT”

Oleh David W. Dyer

Diterjemahkan oleh L. Yunnita

DAFTAR ISI

Pengantar

Bab 1: PERTOBATAN MENUJU HIDUP

Bab 2: PROSES PERTOBATAN

Bab 3: KEBENARAN YANG MEMBEBASKAN KITA

Bab 4: PENGHAKIMAN YANG AKAN DATANG (Bab saat ini)



Semua orang percaya pada suatu hari akan berdiri di hadapan kehadiran Tuhan yang mulia. "Sebab, kita semua haru menghadap takhta pengadilan Allah." (Rm 14:10). Di sana, siapa kita dan apa yang telah kita lakukan akan diuji oleh kehadiran-Nya yang berapi-api dan menyala-nyala. Kita semua akan melewati api ilahi ini.

Jelas bahwa tidak hanya tindakan kita, kata-kata kita, dan "perbuatan" kita yang akan diselidiki oleh api kudus, tetapi kita juga akan diuji olehnya. Kitab Suci mengajarkan kita bahwa: "[...] pekerjaan masing-masing orang akan tampak, karena hari Tuhan akan menyatakannya. Sebab, hari itu akan dinyatakan dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang, akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian; ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api." (1Kor. 3:13-15).

Kebanyakan orang percaya sudah tahu bahwa pekerjaan mereka akan diuji oleh api ini. Namun banyak yang mungkin berpikir, "Saya mungkin kehilangan beberapa upah, tetapi lalu apa pedulinya?" "Apa bedanya bagi saya jika sebagian pekerjaan saya terbakar?"

Yang sering mereka abaikan adalah bahwa mereka juga akan diuji oleh api yang sama. Mereka mungkin masih "diselamatkan", tetapi mereka akan muncul, tanpa perlindungan atau alasan, dalam kehadiran Tuhan yang berapi-api dan menyala-nyala.

Bagi sebagian orang ini akan menjadi pengalaman yang mengerikan. Mereka akan menderita malu dan kerugian. Dosa-dosa mereka yang tidak diakui akan terungkap dan sifat dosa mereka akan dibinasakan dan dibakar habis.

Bagi yang lain ini akan menjadi pengalaman yang mengagumkan. Di sana mereka akan melihat secara langsung Dia yang telah mengubah dan menyucikan hidup mereka. Di sana mereka akan bergembira dengan sukacita yang melebihi kata-kata manusia untuk bisa diungkapkan.

Ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, semua bagian jiwa kita yang tidak kudus, dan berdosa akan dihancurkan. Bagian-bagian dari diri kita yang tidak berubah akan dibinasakan. Area berdosa dari jiwa kita tidak akan masuk ke dalam ciptaan baru karena akan dihancurkan atau "hilang" pada kedatangan-Nya.

Ini adalah kebenaran alkitabiah yang pen ting yang terlalu banyak orang percaya tidak menyadarinya. Namun ini penting untuk dipahami.

Bagaimana kita bisa yakin akan kebenaran ini? Untuk memulai, kita harus ingat pembahasan awal kita tentang hakikat yang tak terbayangkan dari siapa Allah itu. Di dalam kehadirannya secara langsung, kekudusan, kemuliaan, kejujuran, kasih-Nya – singkatnya semua sifat ilahi-Nya akan murni dinyatakan.

Tidak ada yang tidak seperti Dia yang akan bisa melewati ujian ini. Apa pun yang berbeda akan dibinasakan oleh "api" ini. Tidak ada dosa, tidak ada diri sendiri, tidak ada ketidakbenaran dari jenis apa pun yang bisa ada di sana. Hanya sesuatu yang memiliki sifat yang sama yang bisa melalui ujian.

Jika saya memberitahu Anda bahwa saya bisa memasukkan selembar koran ke dalam api yang bernyala-nyala dan tidak akan terbakar, Anda tidak akan mempercayai saya. Dengan cara yang sama, tidak ada "manusia alami" yang akan bisa berdiri di hadapan Tuhan. Dia akan dibinasakan.

Pada waktu itu, akan terlambat untuk sekadar meminta pengampunan. Pada hari itu, bahkan pertobatan tidak akan berhasil.

Tidak akan ada lagi waktu atau kesempatan bagi proses transformasi untuk bekerja. Tidak akan ada lagi waktu bagi hidup Tuhan untuk bertumbuh. Seberapa pun pengampunan tidak ada yang dapat melindungi jiwa kita yang tidak berubah pada waktu itu dari hakikat Allah yang kuat.

TELADAN MUSA

Musa mencintai Tuhan. Jadi dia penasaran untuk melihat-Nya. Oleh karena itu, suatu hari dia membuat sebuah permintaan. Dia berkata: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku!" (Kel. 33:18). Namun, Tuhan harus menjelaskan sesuatu kepadanya. Apa yang dia minta itu tidak mungkin terjadi. Musa tidak bisa melihat wajah-Nya.

Dia tidak mampu berdiri di hadapan-Nya secara langsung. Mengapa demikian? Tuhan menjelaskan dengan berkata: "[...] sebab tidak mungkin manusia melihat Aku dan tetap hidup." (Kel. 33:20).

Mengapa demikian? Apakah jika seseorang secara tidak sengaja melihat Tuhan, maka Tuhan harus membunuhnya? Apakah itu hukuman karena mengintip di tempat yang seharusnya tidak kita lihat? Tidak, ini hanyalah konsekuensi alami dari kehadiran Allah yang kudus. Tidak ada manusia biasa yang bisa menahan-Nya. Tidak mungkin manusia untuk bertahan hidup dari pengalaman ini. Jadi pada akhirnya Allah menampakkan kepada Musa "belakang"-Nya, tetapi bukan wajah-Nya.

Manusia alami dengan sifat dosa tidak akan bisa bertahan dalam hadirat Allah yang kudus. Apa pun dalam diri kita yang tidak sesuai dengan sifat ilahi akan terbakar habis. "Sebab, Allah kita adalah api yang menghanguskan." (Ibr. 12:29). Ini adalah satu-satunya kemungkinan hasil dari pertemuan manusia dengan-Nya. Apa pun yang tersisa dari hidup alami dan berdosa akan dibinasakan. Ini akan menjadi pemenuhan janji Yesus yang pasti. Dia mengajarkan kepada kita: "Sebab, siapa yang mau menyelamatkan nyawanya [jiwa], ia akan kehilangan nyawanya [...]" (Mat. 16:25; Mrk. 8:35; Luk. 9:24; Luk. 17:33; Yoh. 12:25). Hidup lama yang tidak kita serahkan untuk disalibkan hari ini akan "hilang" esok hari ketika Yesus datang. Ini bukanlah pengajaran yang tidak jelas.

Para penulis kitab Injil menganggap kebenaran ini sangat penting sehingga diulang sebanyak lima kali. Siapa pun yang menolak menyerahkan hidup lamanya dan sifatnya kepada kematian melalui salib Kristus, pasti akan kehilangannya, tanpa dapat digantikan, pada hari ketika Yesus datang.

Ini adalah satu-satunya kemungkinan. Kita memiliki kepastian mutlak bahwa tidak ada dosa yang akan masuk ke dalam ciptaan baru. Kita juga tahu bahwa dosa tidak akan bertahan di hadapan Allah.

Kita juga mengerti bahwa pertumbuhan atau transformasi spiritual yang instan adalah tidak mungkin. Jadi, satu-satunya pilihan adalah hidup lama kita, "jiwa," atau "diri" akan hilang di takhta pengadilan, seperti yang telah Yesus janjikan kepada kita.

Hari ini adalah waktu persiapan untuk peristiwa ini. Pencipta kita tidak ingin kita binasa, jadi Dia telah menyediakan keselamatan bagi kita melalui hidup kekal-Nya sendiri. Hidup kekal, yang tak dapat binasa ini dapat menggantikan hidup kita sendiri. Kita dapat mati, dan Dia dapat hidup menggantikan kita. Kita dapat disalibkan bersama Dia dan juga dibangkitkan.

Dengan cara ini, kita menjadi tahan api. Kita diubahkan menjadi jenis makhluk yang bisa bertahan dalam hadirat Allah. Kita menjadi serupa dengan-Nya oleh kuasa keselamatan dari hidup-Nya yang Dia berikan kepada kita. Dengan cara ini kita menjadi siap untuk bertemu Dia muka dengan muka.

Sepertinya banyak orang percaya, seperti Musa, puas hanya melihat bagian "belakang" Allah. Pada waktu Musa melihat Allah, dia melihat belas kasih Allah, kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, kebaikan-Nya yang melimpah dan kebenaran-Nya (Kel. 34:6). Sungguh, luar biasa aspek -aspek Allah ini. Semua itu adalah kebajikan yang berharga yang perlu kita lihat dan pahami.

Namun, ada lebih banyak lagi tentang Allah daripada ini. Meskipun kita mungkin bersukacita dengan apa yang kita lihat dari bagian "belakang"Nya. Satu hari nanti kita akan melihat wajah-Nya. Pada saat itu kita akan memandang kekudusan-Nya yang luar biasa, kebenaran-Nya yang membakar dan menghanguskan, keadilan-Nya yang mulia dan menyala-nyala dan lebih banyak lagi.

Semua orang Kristen perlu mengenal Allah secara intim – bukan hanya aspek-aspek yang "lebih mudah diterima" dari bagian "belakang" Allah, seperti belas kasihan dan pengampunan –, tetapi juga mulai mengenal Dia secara langsung. Melalui pertobatan dan pengampunan, kita harus masuk ke dalam keintiman dengan-Nya. Kita harus memandang wajah-Nya yang mulia agar kita bisa diubahkan menjadi serupa dengan-Nya (2Kor. 3:18).

Hanya dengan mendekat kepada-Nya semua dosa kita bisa terungkap dan dilenyapkan. Hanya melalui keintiman dengan-Nya hidup-Nya bisa meresap dan memenuhi kita dengan segala yang ada pada diri-Nya. Hanya orang yang percaya yang intim dengan-Nya yang akan nyaman dalam hadirat api yang kekal dan tidak menderita kerugian pada kedatangan-Nya.

DIUJI OLEH API

Apakah orang percaya benar-benar akan diuji oleh api? Tentu saja. Kita sudah membaca tentang mereka yang pekerjaannya akan terbakar namun mereka sendiri akan diselamatkan "[...] tetapi seperti dari dalam api." (1Kor. 3:15). Juga kita telah mempelajari kasus mereka yang mengeraskan hati mereka terhadap Allah dan tidak bisa lagi bertobat. Mereka ini adalah "[...] yang berakhir dengan pembakaran." (Ibr. 6:8).

Selanjutnya, Yesus sendiri mengajarkan kepada kita bahwa kita harus memberi perhatian khusus untuk memelihara hubungan intim kita dengan Dia. Jika tidak, maka akan ada beberapa konsekuensi serius. Kita membaca: "Siapa yang tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yoh. 15:6).

Yohanes Pembaptis juga memperingatkan kita tentang pentingnya menghasilkan buah. Buah ini adalah hasil dari hubungan intim kita yang terus-menerus dengan Yesus, tetapi jika dan ketika kita mengabaikan hak istimewa ini, hasilnya adalah malapetaka.

Dia menyatakan: "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." (Mat. 3:10).

Meskipun banyak yang telah mencoba menggunakan ayat-ayat ini untuk menunjukkan bahwa orang percaya bisa kehilangan keselamatan mereka dan "masuk neraka", di sini kita memahami kebenaran yang berbeda. Ini adalah api dari hadirat Allah itu sendiri tentang mana ayat-ayat ini berbicara. Di sana hadirat-Nya yang berapi-api dan menyala-nyala akan melenyapkan apa pun yang tidak seperti Diri-Nya.

TRANSFORMASI SEBAGIAN

Namun, mari kita mengandaikan bahwa kita hanya berubah sebagian. Mari kita membayangkan seseorang yang belum berserah sepenuhnya kepada Yesus selama hidupnya dan oleh karena itu hanya berubah sedikit. Sementara hidup Allah mengisi sebagian dari keberadaannya, area lain masih penuh dengan hidup alami yang berdosa. Lalu, apa hasilnya ketika orang ini menghadap takhta penghakiman? Apa yang akan terjadi dalam kasus ini?

Jawabannya cukup sederhana. Bagian dari setiap orang percaya yang telah diubah menjadi serupa gambar Kristus tentunya akan bertahan dalam hadirat Allah. "Api" tidak akan memiliki efek padanya. Bagian ini telah menjadi abadi oleh pengerjaan hidup kekal-Nya.

Namun, bagian dari setiap orang percaya yang masih tetap alami dan berdosa akan dibinasakan oleh api Allah. Tidak ada kemungkinan lain. Itu tidak akan diubah secara instan, tidak akan diabaikan, tidak akan "diampuni" dan dilupakan pada saat itu. Sebaliknya, itu akan terbakar oleh kehebatan Allah. Itu akan "hilang", menggenapi apa yang dikatakan oleh Yesus.

Tahun-tahun pemberontakan terhadap karya Roh Kudus yang mengubahkan akan menghasilkan buah. Setiap waktu yang kita habiskan untuk melawan kesadaran akan dosa dalam hati nurani kita akan terungkap. Kurangnya pertobatan kita dan ketidakmauan kita untuk dimatikan akan terlihat jelas ketika kita "kehilangan" bagian dari jiwa kita yang tidak diubahkan oleh Roh Kudus.

PENAMPILANNYA?

Lalu, bagaimana rupa seseorang yang hanya berubah sebagian dan oleh karena itu kehilangan "sebagian" dari jiwanya? Akankah kita melihat "setengah orang" atau seseorang tanpa lengan atau kaki? Tentu saja tidak! Lalu, bagaimana seseorang bisa "sebagian" diselamatkan? Bagaimana hal ini akan terwujud?

Pertama, kita harus ingat bahwa kita tidak berbicara tentang tubuh seseorang, tetapi jiwanya.

Ini adalah pertanyaan tentang pertumbuhan, pertanyaan tentang kedewasaan rohani.

Karena kita diubah oleh kedewasaan hidup supranatural di dalam kita, maka "tingkat" transformasi kita harus erat kaitannya dengan seberapa banyak hidup ini telah tumbuh dalam diri kita.

Di dunia alami setiap jenis hidup tumbuh dan menjadi dewasa. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu. Misalnya, manusia lahir sebagai bayi, bertumbuh menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja, lalu menjadi dewasa muda, dan akhirnya menjadi individu yang sepenuhnya dewasa.

Dalam Alkitab, kita memiliki bukti bahwa hidup rohani juga memiliki tahap-tahap seperti ini. Proses ini memakan banyak tahun.

Dalam 1 Yohanes 2:12-14 Yohanes menulis tentang tiga tingkat kematangan: "anak-anak", "orang-orang muda", dan "bapak-bapak". Ada juga di banyak tempat lain dalam Perjanjian Baru di mana berbagai penulis merujuk pada "bayi di dalam Kristus" (TSI), masalah ketidakdewasaan, pertumbuhan rohani, kebutuhan akan kedewasaan, dll. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa proses pendewasaan rohani sejajar dengan proses pendewasaan di dunia alami.

Oleh karena itu, tampaknya sangat logis untuk membayangkan bahwa jika proses pertumbuhan ini terganggu atau tidak lengkap, individu yang terlibat tidak akan sepenuhnya dewasa.

Mereka akan tetap pada tahap kedewasaan di mana proses ini terhenti. Mereka hanya akan memiliki tingkat kedewasaan yang telah mereka capai.

Akibatnya, ketika manusia alami terbakar habis, yang tersisa akan menjadi bagian atau aspek "jiwa" yang telah berubah. Sebagai contoh, seorang percaya yang masih bayi akan menjadi bayi, seorang percaya yang masih muda akan tetap muda, dan seorang percaya yang dewasa akan tampak sebagai orang dewasa.

Tingkat atau derajat pertumbuhan rohani yang telah mereka capai akan menjadi kondisi abadi mereka. Apapun "tingkatan" kedewasaan yang mereka telah capai akan menjadi milik mereka selamanya. Sisanya akan terbakar dan hilang.

Saya harap ini sangat jelas. Dalam "kekekalan", orang-orang percaya akan muncul dalam berbagai tahap perkembangan rohani. Tidak masalah berapa usia mereka di bumi. Kematangan fisik, duniawi mereka tidak akan menjadi faktor. Yang akan menentukan dalam hal ini adalah seberapa banyak mereka bekerja sama dengan Allah sehingga hidup-Nya dapat menjadi dewasa dalam diri mereka.

Ini akan menjadi pertumbuhan hidup rohani kita yang akan dialihkan ke dalam kondisi kekekalan kita.

Sepertinya kemungkinan besar di kekekalan kita akan bertemu dengan orang-orang percaya yang masih bayi, muda, dan dewasa. Penampilan mereka akan dikaitkan dengan seberapa banyak kemajuan yang mereka capai dalam kehidupan rohani. Tidak semua orang akan sama. Setiap orang akan menerima "upah" mereka berdasarkan pertumbuhan mereka dalam hidup dengan Allah.

Kedewasaan rohani setiap orang akan sebenarnya menjadi semua, atau setidaknya sebagian besar, dari upah kita. Ini karena, sama seperti dalam kehidupan duniawi ini, kedewasaan kita akan memungkinkan kita untuk menikmati segala sesuatu secara lebih penuh.

Anak-anak mungkin bahagia, tetapi ada banyak hal yang tidak bisa mereka lakukan. Orang muda juga terbatas dalam kemampuan mereka untuk menghargai atau merasakan banyak pengalaman. Demikian juga di masa depan, kedewasaan kita akan mengatur kedalaman di mana kita akan menikmati Allah dan segala yang Dia ciptakan.

Dugaan saya adalah bahwa untuk setiap orang, tubuh kemuliaan baru yang mereka akan terima juga akan mencerminkan tingkat kedewasaan mereka. Mungkin saja saat kita bertumbuh secara rohani, tubuh baru ini juga "bertumbuh", menunjukkan tingkat kedewasaan yang lebih besar. Yesus sedang menyiapkan "tempat" ini untuk kita (Yoh. 14:2). Tubuh baru ini sedang disiapkan untuk kita tempati (Yoh. 14:2).

Menggabungkan dua ayat yang berdekatan dalam 1 Korintus 15:41-42 kita membaca: "[...] kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain [...]. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati [akan terjadi]." (Harap diingat bahwa bahasa Yunani asli tidak dibagi menjadi ayat-ayat atau kalimat oleh tanda baca.)

Tentu saja akan ada perbedaan di antara orang-orang percaya di kekekalan masa depan. Sama seperti kilauan setiap bintang berbeda dari yang lain, begitu juga orang percaya akan menunjukkan tingkat kemuliaan yang berbeda tergantung pada kedewasaan mereka.

Tentu saja ini adalah misteri. Kita hanya melihat hal-hal ini secara tidak sempurna selagi kita di bumi ini. Tetapi kita memiliki bukti Alkitab yang cukup untuk menunjukkan bahwa bagian jiwa yang tidak berubah akan hilang. Ini adalah logika sederhana untuk memahami bahwa yang akan tetap ada adalah apa yang telah dipenuhi dan diresapi dengan hidup dan sifat Allah yang kekal.

TETAPI TUHAN ADALAH KASIH

Beberapa orang mungkin membantah fakta bahwa bagian jiwa orang percaya yang tidak berubah akan dihancurkan oleh kehadiran Tuhan, atau "hilang". Mereka mungkin bersikeras bahwa karena Tuhan penuh dengan kasih, kasih karunia, belas kasihan, pengampunan, dan kesabaran; maka Dia tidak bisa menghakimi salah satu anak-Nya dengan cara yang begitu kejam ini.

Memang benar bahwa Tuhan kita penuh dengan semua sifat-sifat yang luar biasa ini. Jadi, ketika Dia menampakkan diri, kebajikankebajikan ini juga akan dimanifestasikan dalam seluruh intensitas dan kepenuhannya. Misalnya, atmosfer di sekeliling-Nya akan dipenuhi dengan kasih yang luar biasa, tetapi dalam cahaya kasih ini, semua kekurangan kasih kita akan terungkap. Cinta diri kita akan terlihat dengan sangat jelas. Banyak kali ketika kita tidak bertindak dalam kasih-Nya terhadap satu sama lain akan menjadi sangat nyata.

Hal ini bukan hasil dari kurangnya kasih dari pihak Allah, tetapi lebih dari karena kebesaran kasih yang menjadi hakikat sifat-Nya. Hal ini akan memiliki dampak yang tak terhindarkan pada seperti apa diri kita pada saat itu.

Dengan cara yang sama, kali-kali ketika kita tidak memiliki belas kasihan terhadap orang lain, saat-saat ketika kita kekurangan belas kasihan, situasi-situasi di mana kita menolak untuk mengampuni orang lain dan kekurangan kesabaran kita akan terungkap oleh Pribadi-Nya.

Pribadi-Nya akan mengungkapkan dengan kejelasan yang mengejutkan tentang diri kita. Jika kita belum diubah oleh hidup-Nya untuk menjadi serupa seperti Dia, maka kita akan mengalami kerugian.

Fakta bahwa Dia memberikan kepada kita kesempatan untuk berubah dan dipenuhi dengan sifat-Nya, menggantikan sifat kita sendiri, dengan cuma-cuma namun dengan harga yang sangat mahal, akan terlihat dengan sangat jelas. Jika kita mengalami kerugian saat Yesus datang, itu bukan karena Dia kurang mengasihi atau gagal menunjukkan kasih-Nya kepada kita.

Sebaliknya, itu terjadi karena kelalaian dan ketidaktaatan kita sendiri. Kita tidak memanfaatkan kasih-Nya. Pada saat itu, kita tidak akan memiliki alasan atau argumen apa pun.

Seluruh alam semesta akan melihat dan sepakat bahwa penghakiman-Nya atas kita adalah adil.

Benar bahwa Tuhan itu baik. Dia tidak menghakimi kita hari ini. Dia berhubungan dengan kita berdasarkan kebaikan, kasih, dan anugerah-Nya. Dalam era gereja ini Dia menahan penghakimannya sambil memberi kita setiap kesempatan untuk menggunakan waktu kita dan berubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.

Namun kita tidak boleh salah paham tentang kebaikan dan anugerah-Nya. Kita tidak boleh membayangkan bahwa ini berarti penghakiman tidak akan pernah datang. Masa jeda ini, masa berkat ini, harus menjadi kesempatan untuk mempersiapkan diri kita untuk apa yang akan datang.

Alih-alih bersantai dan menggunakan ketiadaan penghakiman saat ini untuk memanjakan daging kita, kita harus menggunakan periode waktu yang singkat ini untuk memperoleh transformasi maksimum melalui pertobatan yang semakin dalam.

Paulus menegur kita dengan berkata: "Apakah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?" (Rm. 2:4).

Alih-alih membayangkan bahwa kebaikan Tuhan akan membebaskan kita dari penghakiman masa depan, kita harus menyadari bahwa kebaikan inilah yang menarik kita kepada pertobatan untuk menyelamatkan kita dari penghakiman ini.

Ketika saat penghakiman tiba, pengampunan tidak lagi akan menjadi pilihan. Zaman anugerah akan berakhir. Kesempatan untuk bertobat dan berubah akan berlalu. Semoga Tuhan mengasihani kita sehingga kita akan siap menerima Dia dengan sukacita dan tangan terbuka.

KEDATANGAN KEDUA

Yesus Kristus akan datang lagi. Dia akan kembali suatu hari nanti dalam kemuliaan-Nya untuk menghancurkan kerajaan manusia berdosa yang akan datang dan untuk mendirikan kerajaan-Nya di sini di bumi. Dengan cara yang sama Dia naik, Dia akan turun lagi untuk menerima kita bagi diri-Nya (Kis. 1:11). Pada saat itulah Dia akan menghakimi umat-Nya. Kita semua akan menghadap takhta penghakiman-Nya (Rm. 14:10). Itu akan menjadi saat ketika kondisi rohani kita yang sebenarnya akan terungkap — entah itu baik atau buruk.

ORANG-ORANG KRISTEN MULA-MULA

Orang-orang Kristen mula-mula berpikir bahwa kedatangan kembali Kristus akan terjadi dalam beberapa tahun lagi. Mereka mengharapkan Dia akan datang kembali setiap saat.

Oleh karena itu, banyak dari mereka hidup seakan-akan Dia bisa datang saat itu juga. Mayoritas dari mereka tidak terlibat dalam dosa. Mereka selalu berusaha menyenangkan Dia. Mereka menjaga diri mereka tetap murni dari dunia dan gangguan lainnya. Mereka bekerja sama dengan pekerjaan Roh Kudus untuk mengubah mereka. Singkatnya, mereka hidup dengan harapan akan kedatangan dan penghakiman Yesus setiap saat.

Namun seiring berjalannya waktu, hal-hal berubah. Segera menjadi jelas bahwa kedatangannya tidak segera seperti yang mereka percayai semula. Jadi, mengikuti kecenderungan alami manusia, rasa mendesak dan harapan ini meredup di hati beberapa orang.

Mereka mulai menjalani hidup mereka seperti biasa. Dosa menjadi lebih nyata di gerejagereja mula-mula. Kecenderungan manusia terhadap diri sendiri dan dosa mulai mengekspresikan diri lebih banyak. Kecenderungan alami yang sama ini sangat jelas terlihat dalam gereja-gereja masa kini.

Misalnya, ada banyak orang percaya saat ini yang mungkin menyanyikan "Datanglah Tuhan Yesus" saat waktu penyembahan, tetapi berapa banyak dari kita yang benar-benar ingin Dia datang sekarang? Maksud saya tepat saat ini? Atau apakah ada prioritas lain yang kita miliki dalam hidup kita?

Mungkin kita ingin menikah. Mungkin kita sedang giat menyimpan untuk membeli sesuatu yang kita inginkan, seperti rumah atau mobil. Mungkin ada beberapa acara di masa depan yang ingin kita nikmati terlebih dahulu. Hal-hal lain yang menarik hati kita adalah bukti bahwa kita tidak berada di tempat yang seharusnya dalam hubungan dengan Dia.

Hal lain yang akan menghambat kita dari merindukan kedatangan-Nya adalah keterlibatan kita dalam beberapa dosa.

Mungkin kita tahu bahwa sesuatu yang sedang kita lakukan itu salah. Kita menyadari bahwa itu menyedihkan Tuhan tetapi entah bagaimana kenikmatan daging kita menghalangi kita untuk bertobat dan berhenti melakukannya.

Hati nurani kita terganggu, tetapi kita hanya mengabaikannya dan semakin mengeras hati kita. Tentu saja, siapa pun dalam kondisi seperti itu tidak akan menantikan kedatangan Tuhan hari ini.

Hal ini mengingatkan saya pada pengalaman yang kami alami bertahun-tahun yang lalu selama beberapa pertemuan yang kami adakan di rumah kami. Sesekali hadirat Allah akan dimanifestasikan dengan cara yang sangat kuat, mulia.

Jadi saya berpikir, "Minggu depan, tempat ini akan penuh dengan orang". "Pertemuan ini begitu fantastis, semua orang pasti ingin datang lain kali". Sebaliknya, minggu berikutnya hampir tidak ada orang di sana. Butuh dua atau tiga minggu agar semua orang kembali lagi. Pengalaman ini terjadi lebih dari sekali. Saya menemukan ini sangat membingungkan. Saat merenungkan fenomena ini, saya sampai pada kesadaran berikut.

Sebenarnya banyak orang Kristen yang tidak nyaman dalam hadirat Allah. Mereka menikmati berada di sana untuk sementara waktu, tetapi mereka tidak benar-benar damai dengan Dia untuk tinggal di sana sepanjang waktu.

Mereka suka mendapatkan sedikit "dosis" Allah sesekali – untuk menyentuh ujung jubah-Nya –, tetapi hati nurani mereka yang bermasalah dan kurangnya pertobatan dari dosa tidak memungkinkan mereka untuk tinggal dalam hadirat-Nya dalam waktu yang lama. Mereka tidak hidup dalam Roh.

Situasi lain yang terlintas dalam pikiran. Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih muda dan belum menikah, saya tinggal di sebuah rumah dengan beberapa pemuda Kristen lainnya. Suatu hari, seorang saudara yang memiliki reputasi cenderung ke arah pengalaman "rohani" yang benar-benar meminta saya untuk berdoa bersamanya. Jadi, di ruang tamu, kami mulai mencari wajah Allah.

Dan kami menemukan-Nya! Kehadiran-Nya mulai terasa semakin kuat. Kami mulai memasuki tempat-tempat surgawi bersama dalam Kristus (Ef. 2:6). Hadirat Yesus terasa semakin nyata. Kemuliaan Tuhan bersinar di sekitar kami. Hampir seolah-olah Dia akan muncul secara fisik di depan kami. Tiba-tiba, yang sangat mengejutkan saya, saya mendengar saudara ini berteriak "Berhenti, berhenti!" Dia telah mencapai batasnya. Dia tidak ingin lebih banyak lagi "kehadiran" ini. Dia tidak nyaman dengan begitu kuatnya hadirat Tuhan dalam satu waktu sekaligus.

Dan Yesus berhenti. Pengalaman itu dengan cepat memudar. Tuhan menghormati keterbatasannya pada saat itu. Demikian pula hari ini,

Yesus tidak akan pernah mendorong melampaui penghalang yang kita miliki antara kita dan Dia.

KITA SEMUA AKAN

Namun, suatu hari kita semua akan menghadap-Nya. Tidak akan ada "penundaan" pada hari itu. Saat itu akan menjadi hari ketika kita berdiri dalam hadirat-Nya yang mulia, kuat, dan menyala-nyala. Pada saat itu, tidak akan ada tempat untuk bersembunyi.

Tidak ada seorang pun yang belum mempersiapkan diri mereka akan memiliki cara untuk melarikan diri. Di sana, apa pun yang ada di hati kita akan disingkapkan.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana Anda hidup hari ini? Apakah Anda hidup dalam takut akan Tuhan? Apakah Anda akan malu jika Dia menampakkan diri saat ini? Apakah Dia akan senang dengan apa yang Anda lakukan dan cara Anda menjalani hidup ini ketika Dia menemukan Anda nanti?

Apakah Anda menggunakan waktu Anda dengan bijaksana untuk mempersiapkan diri Anda dan orang lain untuk kedatangan-Nya? Apakah Anda bertobat lebih lagi agar bisa diubahkan menjadi serupa seperti gambar-Nya? Apakah Anda seseorang yang sungguh-sungguh "merindukan kedatangan-Nya." (2Tim. 4:8) ataukah pikiran itu membuat Anda takut?

Jika ya, maka Anda akan mendengar Dia berkata: "[...] Bagus, hai hambaku yang baik dan setia! [...] Masuklah ke dalam sukacita tuanmu."(Mat. 25:23). Jika tidak, maka Anda akan merasa malu dan menderita kerugian yang tidak dapat dipulihkan di hadapan-Nya dan di depan alam semesta yang menyaksikan.

"Namun, kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan beroleh hidup." (Ibr. 10:39).

Saudara-saudari yang terkasih. Mari kita manfaatkan waktu yang tersisa dan membuat diri kita siap.

Akhir bab 4

Baca bab-bab lain secara online:

Pengantar

Bab 1: PERTOBATAN MENUJU HIDUP

Bab 2: PROSES PERTOBATAN

Bab 3: KEBENARAN YANG MEMBEBASKAN KITA

Bab 4: PENGHAKIMAN YANG AKAN DATANG (Bab saat ini)

We are always looking to offer books in more languages.


Want to help us by translating or proofreading books?

How to volunteer